Jumat, 08 November 2024

BLW, Solusi Baru Atasi Masalah Makan Anak

Oleh : Fahyu Widia, S.Tr.Gz Magister Ilmu Gizi Universitas Andalas Anak usia dibawah 5 tahun (balita) dikenal dengan fase periode emas (golden period) dimana perkembangan dan pertumbuhan sangat berlangsung pesat, sehingga kebutuhan gizi anak harus terpenuhi. Pada masa ini, balita sangat rentan mengalami kekurangan gizi salah satunya stunting. Di Indonesia stunting menjadi perhatian yang serius karena menurut Riskesdas 2018, prevalensi stunting walaupun sudah mencapai target yang diharapkan pada RPJMN tahun 2019 yaitu 32%, namun belum mencapai target yang ditetapkan oleh WHO sebesar 20%. Sehingga angka stunting di Provinsi maupun di Kota/Kabupaten juga masih tinggi. Menurut WHO (2013) penyebab terjadinya stunting pada anak salah satunya adalah asupan makanan yang tidak adekuat yang kemudian dibagi lagi menjadi tiga, yaitu makanan dengan kualitas rendah, pemberian makan yang tidak adekuat dan keamanan terhadap makanan dan minuman. Gangguan makan pada anak yang masih banyak dikeluhkan oleh orang tua adalah sikap pilih-pilih makanan atau dikenal dengan picky eater. Menurut Chao 2018, mengenai “Association of Picky Eating with Growth, Nutritional Status, Development, Physical Activity, and Health in Preschool Children” bahwa picky eater merupakan salah satu faktor stunting. Anak dengan picky eater cenderung mengalami kurang gizi dan pendek (stunting) juga memiliki IMT (Indeks Masa Tubuh) rendah (kurang dari persentil 15) dibandingkan dengan anak yang tidak picky eater. (Maelani et al., 2021) Anak dengan picky eaters cenderung akan memiliki asupan sayur dan buah yang rendah, memiliki resiko tinggi terganggunya pertumbuhan dibanding dengan anak yang bukan picky eaters. Perilaku ini apabila tidak diatasi sedini mungkin akan mengakibatkan anak terbiasa dengan pilih-pilih makanan. Walaupun begitu, anak picky eater masih mau mengonsumsi minimal satu macam makanan dari setiap kelompok karbohidrat, protein, sayur, buah dan susu. Misalnya, anak ia masih mengkonsumsi roti atau mie. (Hanindita MH, Widjaja NA, Hidayati SN) Berdasarkan usianya, prevalensi picky eater secara konsisten meningkat seiring dengan peningkatan usia dimulai dari 4-24 bulan, yaitu antara 17-47% pada laki-laki dan 23- 54% pada perempuan. Hasil penelitian di Belanda menunjukkan prevalensi picky eater tertinggi pada usia 3 tahun (27,6%) bila dibandingkan dengan usia 1,5 tahun maupun 6 tahun. Sementara di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi balita yang mengalami sulit makan sebesar 23,9% yang 45,5% diantaranya adalah balita dengan picky eater. (Cerdasari, C.,Helmyati, S., & Julia) Pemberian ASI eksklusif berlangsung pada fase balita berusia 0-6 bulan, Selanjutnya balita membutuhkan tambahan nutrisi dari makanan pendamping ASI (MP-ASI) karena seiring pertumbuhan dan perkembangannya, kecukupan zat gizi balita tak bisa terpenuhi hanya dari ASI saja. Berdasarkan hal tersebut salah satu cara pencegahan stunting yaitu bayi yang sudah berusia 6 bulan diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Metode MP-ASI terbagi menjadi dua, yaitu MPASI secara konvensional yaitu disuapi dengan sendok (spoon feeding) dan metode Baby Led Weaning (BLW) dimana anak akan makan dengan tangannya sendiri. (Mizawati, 2020; Morison et al., 2016) Metode MP–ASI yang masih jarang digunakan yaitu metode BLW (Baby Led Weaning). Metode MP–ASI BLW dapat menjadi alternatif bagi anak dengan masalah makan yaitu dikarenakan anak dengan malasah makan cenderung ingin mencoba makan sendiri tanpa disuapi. (Maelani et al., 2021) Baby-Led Weaning (BLW) merupakan metode baru dalam memberi makan pada bayi. Metode ini berfokus pada kemampuan anak untuk menyuapi dirinya sendiri. Ini berlaku untuk mengasah keterampilan motorik halus, kasar dan oral motor anak. BLW semakin populer dikalangan orang tua karena bayi diizinkan untuk makan sendiri untuk melakukan pengenalan bertahap makanan bubur. (Cerdasari, C., Helmyati, S & Julia, n.d) BLW dideskripsikan menjadi sebuah metode alternatif dalam memberikan makan pada anak, dimana anak memiliki kebebasan terhadap makanannya. Jenis makanan yang diberikan memiliki ukuran dan kepadatan yang telah disesuaikan dengan kemampuan bayi untuk mengunyah maupun menggenggam makanan. (Maharani & Maulida, 2017) Ciri khas metode BLW ini yaitu memberi kesempatan pada bayi untuk memegang dan mengeksplor makanannya sendiri. Anak akan menentukan sendiri makan dimulai dan berakhir. Makanan dalam bentuk utuh dan bervariasi akan diberikan kepada anak, kemudian biasanya dipilih makanan yang mudah dimakan dalam satu suapan seperti brokoli, wortel dan daging yang telah dipotong kecil. Selanjutnya anak akan memilih, menggenggam, membawa makanan ke mulut dan mengonsumsi makanannya dengan kehendaknya sendiri. (Maghfiroh, n.d.) Seiring bertambahnya usia anak, tekstur makananyang diberikan menjadi lebih kasar seperti makanan yang dicincang atau makanan yang dapat dipegang oleh anak (finger foods). Metode ini cenderung dipilih oleh orang tua dan kapan anak mulai memakan makanan padat. Menurut penelitian Iis Sopiah (2023), setelah dilakukan intervesi berupa pemberian makan dengan metode BLW pada balita picky eater diperoleh anak yang mengalamai picky eater menjadi berkurang dari 21 balita menjadi 6 balita . Metode BLW ini merupakan metode kegiatan makan yang memperkenalkan makanan sehat keluarga yang sering dikonsumsi oleh keluarga dalam bentuk finger food dan memberi kesempatan kepada anak untuk makan sendiri sejak awal proses pengenalan MP-ASI. Ibu dan anak yang menerapkan metode BLW memiliki pengalaman makan yang positif dan kegiatan makan menjadi lebih menyenangkan. Prasyarat bagi pelaksanaan BLW hanyalah kesehatan fisik anak dalam kondisi normal dan kemauan orangtua mendampingi anak mengenali dan menjelajah makananya sendiri. BLW sangat baik diterapkan karena dapat mengurangi biaya berlebih untuk MPASI, efisien dalam hal waktu, serta memberi pengalaman awal yang menyenangkan bagi anak. Banyak orangtua di Indonesia sebenarnya telah menerapkan BLW meskipun belum sempurna sehingga masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk mengenalkan tata laksana BLW dengan benar pada masyarakat. Orangtua yang memiliki anak dengan tumbuh kembang normal disarankan untuk dapat mengaplikasikan metode BLW sejak awal masa pengenalan bayi terhadap makanan. Terlebih jika sebelumnya orangtua telah mengawalinya dengan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Metode BLW terbukti efektif dalam mengatasi masalah makan anak salah satunya yaitu picky eater (pilih-pilih makan). Untuk orang tua yang anaknya mengalami picky eater diharapkan dapat menerapkan metode ini dalam memberikan makan kepada anak. Namun, dalam penerapan pemberian metode ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu memberikan jenis dan tekstur makanan yang sesuai takarannya, bentuknya diberikan sesuai usia (ada yang dicincang dan di potong kecil), memperhatikan kualitas makanan agar terpenuhi zat gizinya, mencari tahu adanya alergi makanan tertentu pada anak dan mengawasi anak saat makan untuk menghindari resiko tersedak. Akan tetapi, jika anak mengalami kondisi tertentu, tidak disarankan menerapkan metode BLW, lebih baik tetap menggunakan metode spoon feeding atau jika memungkinkan bisa mengkombinasikan spoon feeding dan BLW agar nutrisi terserap lebih optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar